[Book Review] A Untuk Amanda

Judul Novel: A Untuk Amanda
Penulis: Annisa Ihsani
Editor: Yuniar Budiarti
Proofreader: M. Aditiyo Haryadi
Desain Sampul: Orkha Creative
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama, Maret 2016
Tebal: 264 halaman ; 20 cm
ISBN: 978 - 605 - 03 - 2631 - 3

BLURB
Amanda punya satu masalah kecil: dia yakin bahwa dia tidak sepandai kesan yang ditampilkannya. Rapor yang semua berisi nilai A, dia yakini karena keberuntungan berpihak padanya. Tampaknya para guru hanya menanyakan pertanyaan yang kebetulan dia tahu jawabannya.

Namun tentunya, tidak mungkin ada orang yang bisa beruntung setiap saat, kan?

Setelah dipikir-pikir, sepertinya itu bukan masalah kecil. Apalagi mengingat hidupnya diisi dengan serangkaian perjanjian psikoterapi. Ketika pulang dengan resep antidepresan, Amanda tahu masalahnya lebih pelik daripada yang siap diakuinya.

Di tengah kerumitan dengan pacar, keluarga, dan sekolahnya, Amanda harus menerima bahwa dia tidak bisa mendapatkan nilai A untuk segalanya.

REVIEW
A Untuk Amanda, adalah karya kedua Annisa Ihsani bergenre Young Adult berbeda dengan karya debutnya yaitu, Teka-Teki Terakhir yang bergenre Teenlit. Menurut saya, Annisa Ihsani salah satu penulis cerdas, banyak yang mengatakan bahwa penulis merupakan John Green versi perempuan. Dan saya setuju. Bagaimana tidak, penulis mengangkat tema yang berat, tetapi penulis mampu mengemas secara ringan dengan menggunakan bahasa yang khas; sangat remaja, sehingga mudah menangkap maksud yang disampaikan penulis. Selain gaya bahasa, saya juga suka cara menuangkan pemikiran-pemikirannya tentang depresi, spiritualisme, juga fenimisme. 
Aku lupa menghargai kenyataan bahwa atom-atom yang menyusun tubuhku berasal dari bintang-bintang. Dan setelah 13,8 milyar tahun, aku beruntung bisa hidup di sini. Alam semesta tidak punya kewajiban untuk membuatku merasa berharga; aku yang harus melakukannya untuk diriku sendiri.
Dari segi cerita, saya teramat suka. Penulis memberikan kunci di setiap lembar dan mengajak pembaca menyelami perasaan sang tokoh utama yang berkarakter kuat, dominan, berprinsip-terbukti ketika ia memilih untuk menjadi agnostik dan feminis. Saya berpikir, bagaimana bisa orang dengan karakter seperti itu bisa mengalami penyakit mental? Tetapi teman, penyakit mental dapat menjangkit siapapun termasuk 'si paling kuat'. 
Tadinya kukira orang mengalami depresi ketika ada sesuatu yang salah dengan hidup mereka. Tapi bagiku, depresi datang ketika segala hal dalam hidupku berjalan dengan sempurna.
Diceritakan bahwa Amanda mengalami depresi yang bernama impostur syndrom atau sindrom penipu, di mana ia merasa telah menipu orang-orang dengan keberuntungannya, tak sepandai yang orang lain kira, dan akhirnya menarik diri dari pergaulan karena takut bahwa topengnya terlepas dan semua orang akan tahu siapa Amanda sebenarnya. Saya salut dengan Amanda karena ia berani jujur untuk mengakui bahwa dirinya mengalami depresi. Mengatakan hal tersebut tidaklah mudah. Saya merasa masih banyak Amanda lain di luar sana, tetapi mereka bisa saja malu atau belum sejujur dan seberani Amanda. Karena menurut saya, hal yang teramat sulit adalah melawan ketakutan dan kelemahan diri sendiri. Dan Amanda berhasil menaklukkan dirinya sendiri.
Beberapa orang pernah menyebutku arogan karena memilih menjadi agnostik dan sebagainya, tapi aku tahu seseorang tidak bisa memandangi langit tanpa merasa diberi pelajaran akan kerendahan hati-bahwa seseorang hanyalah bagian kecil dari skema kosmos yang jauh lebih agung. Bukankah itu inti dari spiritualisme? Menyadari ada sesuatu yang lebih besar di luar sana.
 Tentu saja, ini tidak berarti perjuanganku melawan depresi berakhir. Kau tidak bisa "sembuh" dari depresi layaknya sembuh dari penyakit fisik seperti cacar air. Tidak, kau harus menghadapinya setiap hari.
-----
5/5
★★★★★ 

Good job, kak Ihsani!
You're my favorite writer.

Comments

  1. Wow totally like your review! Want to read this book as soon as possible :3

    ReplyDelete

Post a Comment